Monday 19 July 2021

Strategi Basa-Basi

Aku dan beberapa pejuang Lokanuraga BEM FGE UGM 2021.

    Semakin tua diri ini, semakin aku menyadari bahwa waktu adalah nikmat termahal yang tidak bisa diraih kembali. Tuhan memberikan kita waktu secara gratis, walau kadang manusia memanfaatkannya secara cuma-cuma, dan menyesal setelahnya. Padahal memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin adalah sebuah tanggung jawab. Begitu pula ketika dunia dihadapkan dengan situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini waktu terasa lebih berharga dan perlu mendapatkan perhatian lebih. Diriku sendiri memiliki pengalaman ketika banyak agenda dalam satu waktu bisa dilakukan secara bersamaan, justru waktu terasa lebih ringan dimanfaatkan, namun kualitas dari agenda-agenda itulah yang menjadi pertanyaan.

    Salah satu pengalamanku di masa pandemi Covid-19 adalah ketika bertemu dan bertegur sapa dengan teman-teman, kerabat jauh, rekan kerja, dan semua orang saat ini yang secara terpaksa harus dilakukan melalui daring. Rutinitas itu yang memaksaku untuk menatap layar kaca gadget setiap hari. Bosan? Tentu saja. Jenuh? Sudah pasti. Namun kini satu-satunya pilihan bagi kita adalah survive. Bertahan adalah pilihan yang paling memungkinkan untuk situasi saat ini. Menahan diri untuk tidak keluar rumah, menahan diri untuk harus bertemu dengan orang-orang. Sering kali merasakan lelah karena hanya berkomunikasi dengan mesin, tidak seperti biasanya kita saling bertegur sapa dengan tatap muka. Perasaan-perasaan seperti hanya ingin menyendiri dan keinginan untuk jauh dari sosial media adalah hal yang terkadang melintas di pikiran. Tidak realistis sih, sebab di masa pandemi seperti saat ini, hanya gadget dan sosial medialah yang dapat diandalkan untuk bekerja dan tetap menjaga keterhubungan dengan rekan-rekan seperjuangan.

    Namanya juga manusia, si makhluk sosial. Pastinya gak bisa mengandalkan diri dengan hidup sendirian. Di masa-masa pandemi seperti saat ini, banyak orang berjuang untuk bisa makan, bisa bekerja, bisa sembuh, ataupun bisa menjaga dirinya agar tetap sehat. Ketika bertemu lewat layar kaca gadgetpun, bertanya kabar menjadi salah satu pertanyaan yang paling menyentuh hati. Sebab, tidak semua orang pandai berbasa-basi. Kalimat basa-basi yang dahulu sering dinilai tidak penting, justru saat ini bisa dianggap menjadi kalimat yang dibutuhkan untuk banyak orang. Meski waktu terus berjalan selama 24 jam perharinya, kita bisa meluangkan waktu untuk makan, istirahat, bekerja, beribadah, dan sebagainya. Pada tulisan ini juga akan dibahas berdasarkan pengalaman pribadi, cara mengalokasikan sebagian waktu dari 24 jam untuk basa-basi dengan strategi.

    Basa-basi biasanya dilakukan pada orang-orang yang baru kita temui atau telah lama tidak dijumpai. Namun sebenarnya, hal ini juga bisa dilakukan pada circle terdekat kita, untuk saling menghargai hal-hal kecil yang tidak jarang kita abaikan. Kunci dari melakukan basa-basi secara strategis menurutku adalah memperhatikan waktu dan kondisi. Hal ini selalu kulakukan pada rapat inti di BEM Fakultas Geografi UGM, organisasi yang diamanahkan padaku saat ini. Sebenarnya, budaya ini telah kulakukan sejak dulu ketika aktif di Himpunan Mahasiswa Geografi Pembangunan (HMGP) UGM. Biasanya setiap awal bulan kami mengadakan rapat rutin, dan di awal sesi sambil menunggu teman-teman yang lain komplit untuk hadir, aku selalu mengadakan sesi Check-in atau pengkondisian diri sendiri untuk saling berkabar dan bercerita sebagai tiket masuk untuk membahas hal-hal yang lebih detail terkait langkah kerja kedepannya. Sesi check-in dapat membahas apa saja, dimulai dari laporan praktikum hari ini, jatuh cinta, patah hati, menang lomba, dan lain sebagainya. Lumayan, bisa untuk mencairkan suasana bahkan saling mendukung juga setelahnya. Berkat adanya sesi Check-in bagi diriku pribadi menjadi tidak merasa berjuang sendirian. Pada suatu pertemuan, kita dapat meluangkan waktu sekitar 5-15 menit pertama untuk saling bertanya kabar, kesehatan, maupun apa yang menjadi kesibukan lawan bicara kita pada beberapa hari ini. Pertanyaan tersebut dapat menjadi refleksi diri sekaligus update kabar dari sesama kawan yang sedang berjuang bersama. Selain itu dengan saling bertanya kabar, basa-basi di awal percakapan akan menjadi booster bagi pihak yang terlibat dalam suatu pertemuan untuk mencairkan suasana pada brainstorming dan juga forum diskusi setelahnya. 

  Basa-basi juga perlu dilakukan dengan banyak pertimbangan. Diantaranya mempertimbangkan kondisi internal lingkungan kerja, apakah sedang ada prioritas ada deadline tertentu atau tidak. Durasi dari basa-basi dapat disesuaikan dengan runtutan prioritas yang ada, apabila ada waktu senggang, basa-basi dapat menjadi pendukung produktivitas dari suatu team. Oleh sebab itu, penggunaan basa-basi bisa dikatakan cukup tricky karena jika tepat dilakukan dapat bermanfaat bagi lingkungan kerja, namun bila terlalu lama dan kurang pada tempatnya juga membuat produktivitas maupun kinerja team menjadi berkurang.

   Pada dasarnya, basa-basi dapat digunakan oleh siapa saja kepada siapapun. Hanya waktu dan kondisilah yang akan menjadi penentu apakah basa-basi tersebut pantas dan tepat untuk dilakukan atau tidak. Sekilas refleksi pengalaman diri melalui tulisan ini semoga bisa menjadi acuan teman-teman semua untuk dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Memanfaatkan waktu seefisien mungkin bukan berarti tanpa memperhatikan kabar terkini dari lingkungan di sekitar kita, baik teman kerja, sahabat, keluarga, bahkan hingga kawan lama. Toh, tidak ada yang merugi dan dirugikan dari menanyakan "Apa kabar?", bukan?

No comments:

Post a Comment