Sunday 12 August 2018

Mengabadikan Kenangan bersama Sang Pemimpi di Negeri Laskar Pelangi

Amazing. Demikian kesan mendalam bagiku saat mengikuti program Siswa Mengenal Nusantara 2016. Betapa tidak, mulai dari saat pendaftaran yang sangat tergesa-gesa, hanya sekitar 3 jam waktu bagiku untuk menyiapkan semua syarat untuk mengikuti seleksi, hingga banyaknya pesaing saat seleksi, namun ketika aku dinyatakan diterima, ku abadikan momen ini sebagai salah satu kenangan terindah dalam hidupku. Untuk itu aku ingin selalu berbagi cerita, sehingga kebahagiaanku tidak kunikmati sendiri, tapi juga ikut dinikmati kawan-kawan lainnya. Ceritaku, ditulis dalam bentuk catatan harian berikut ini, semoga apa yang saya ceritakan dapat menginspirasi teman2 untuk bisa ikut serta dalam program pertukaran pelajar berikutnya.

Minggu, 7 Agustus 2016.
Tepat jam 7 pagi hari, aku dan keluargaku pergi ke Restoran Bale Raos yang bertempat di Kraton Ngayogyakarta untuk hadir di acara Pelepasan dan Penerimaan Siswa Mengenal Nusantara tahun 2016 dengan membawa koper berisi perlengkapan yang akan dibawa ke Bangka Belitung nantinya. Sesampai di Bale Raos, kami bertemu dengan siswa dari Bangka Belitung yang telah tiba semalam di Yogyakarta. Disana, kami bertemu banyak pejabat-pejabat negara, termasuk Bapak Sri Sultan Hamengkubuwono X yang memberikan sambutannya setelah kami (Siswa Bangka-Belitung dan Siswa Yogyakarta) menyuguhkan penampilan. Siswa dan siswi yang berasal dari Bangka Belitung menampilkan tarian dan nyanyian khas melayu dengan menggunakan baju adat khas daerah Kepulauan Bangka-Belitung. Sedangkan kurang lebih 10 menit kami siswa dan siswi DIY menampilkan tarian nusantara (diantaranya tarian yang berasal dari Jawa, Kalimantan, Melayu, Bali, dan Papua yang dikombinasikan menjadi satu.) Dalam menampilkan beberapa tarian tersebut, latihannya bisa dibilang cukup singkat lho! Hanya 3-4 hari waktu kami untuk menghafal dan menguasai semua koreo dan juga pengepasan tempo, gerakan, dengan musik supaya indah dilihat.
Setelah mendengar beberapa sambutan, kami sarapan dan berangkat menuju Bandara Adisucipto untuk check in bagasi dan lain-lain. Tidak butuh waktu yang lama, segeralah kami menuju ke pesawat dan duduk manis selama 2 jam untuk meneruskan petualangan kami berikutnya.
Tak terasa sebenarnya duduk kurang lebih 2 jam di pesawat karena mungkin keberadaan sekitar bersama teman-teman pertukaran pelajar yang asik dan heboh, sampai bikin kaget kalau ternyata kami sudah sampai di Bandara Hang Nadim, Batam. Saat itu sudah menunjukkan pukul 3 sore di jam tangan yang saya pakai. Tertulis di tiket yang saya pegang, boarding jam 4 sore, namun pesawat yang akan kami naiki nampaknya belum “siap” sehingga delay selama 2 jam.
Kurang lebih selama 1,5 jam perjalanan, dan sampailah kami di Bandara Depati Amir, Bangka lalu langsung menuju ke Mess PT Timah yang berada di kota Pangkal Pinang, pusat kota pulau Bangka, untuk bersih-bersih diri, dan istirahat.




Senin, 8 Agustus 2016.
Pagi hari bangun, ternyata kami sudah disambut acara paling heboh sedunia (pada saat itu saja sih) yaitu mandi dan persiapan untuk menghadiri acara Penerimaan Siswa DIY Siswa Mengenal Nusantara di Provisinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Karena di Mess PT Timah hanya ada 2 kamar mandi untuk 20 orang secara bergantian, hmm jadi rasanya agak degdegan gitu deh karena memikirkan ketepatan waktu. Untungnya kami-kami ini berjiwa gesit seperti di film-film superhero kesukaan saya kecil dulu, sehingga kami tiba di Kantor Gubernur Kepulauan Bangka Belitung dengan tepat waktu.
Ada yang menarik perhatian saya saat itu, saat kami sampai lokasi, kami disambut oleh tarian melayu. Indah sekali tariannya dengan perpaduan rebana yang dimainkan oleh barisan ibu-ibu di belakang penari. Saat saya kepo sedikit dengan tariannya sih, kata mereka, tarian tersebut adalah tarian sambutan, atau tarian yang biasa digunakan masyarakat melayu untuk menyambut tamu istimewa. Disana, kami mendengarkan dan menyaksikan sambutan dari beberapa pejabat kepulauan Bangka Belitung, selain itu kami juga perform tarian nusantara lho! Apalagi di saksikan langsung oleh gubernur kepulauan Bangka Belitung, Bapak Rustam Effendi, jadi grogi deh hihihi. Singkat cerita, kami sempat welfie bersama nih dengan beliau!
Welfie bersama Bapak Rustam Effendi, Gubernur Kepulauan Bangka-Belitung, beserta istrinya.

Puas setelah bernarsis ria dengan pak gubernur, teman-teman sanggar tari dari Bangka, tak lupa juga dengan teman-teman pertukaran pelajar, kami berpindah tempat untuk melakukan kunjungan kembali.
Yap! Berkunjung ke SMAN 1 Pemali Kelas Unggulan adalah suatu kehormatan bagi saya, karena kami di sambut dengan ramah dan tentunya dengan senyuman yang hangat walaupun langit sedang tidak secerah kondisi hati yang tentu saja bahagia saat itu. 


Saat saya di Jogja (sebelum saya tiba di Bangka), saya bertanya-tanya, mengapa sekolah ini terdapat Kelas Unggulan? Apa yang membedakan dengan “kelas-kelas” yang lain? 

Semua rasa penasaran itu terjawab ketika kami (peserta Siswa Mengenal Nusantara) dikumpulkan di Aula. Disana, kami dijelaskan bahwa Kelas Unggulan adalah program yang dibentuk oleh pemerintah untuk siswa/siswi Bangka Belitung (persyaratannya minimal menetap di Bangka Belitung selama 3-4 tahun) dan berprestasi, maka siswa/siswi tersebut dapat mendaftar dan melengkapi persyaratan dan tentu saja memakai seleksi. Mengapa memakai seleksi? Karena tentu saja, persaingan yang ketat dan fasilitas yang diberikan (seperti tinggal di Asrama, biaya hidup & transportasi di Asrama ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah, dll) untuk siswa&siswi kelas unggulan agar dapat terus mempertahankan prestasinya. Jika siswa kelas unggulan tersebut dapat menjadi mahasiswa PTN dengan jalur SNMPTN maka pemerintah akan membiayai selama 3 semester masa kuliah berlangsung. 
Dan ketika saya melakukan perjalanan ke lokasi selanjutnya saya sadar bahwa pemerintah provinsi kepulauan Bangka Belitung menghargai sekali kerja keras putra-putrinya dan hasil dari kerja keras tersebut dengan cara mereka sendiri.

Saat itu hari sedang hujan, kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke tempat penangkaran penyu, Pantai Tongaci. Disana kami melihat banyak sekali bayi-bayi penyu dan penyu-penyu yang telah dewasa. Mereka merawat, mengembangbiakkan, dan melepas kembali penyu-penyu itu ke laut setelah menjadi penyu dewasa. Setelah cuaca membaik, kami berfoto di penangkaran penyu tersebut dan pergi ke Pantai Parai. Petualangan di pantai parai cukup lama, mungkin sekitar 1 jam kami berada disana. Sebagian besar ada yang foto-foto, ada juga yang mencari karang/batu pantai yang lucu, dan juga hanya sekedar melihat-lihat pemandangan yang indah.
Setelah mengunjungi dan bermain di pantai tongaci dan pantai parai, dilanjutkan berwisata ke tempat Indoor yaitu Vihara Puri Tri Agung. Disana indah sekali arsitekturnya, juga terdapat 3 patung besar yang berada di dalamnya. View di luar pun juga sangat indah, mengingat jarak antara vihara dengan pantai cukup dekat sehingga view di luar adalah pantai dan pepohonan, sejuk dan indah sekali saat sore hari.
At Vihara Puri Tri Agung
Cukup melelahkan petualangan hari itu, membuat perut kami lapar tentunya. Setelah dari vihara puri tri agung, kami pergi ke restoran khas Bangka. Seperti yang disebut-sebut siswa Bangka pada saat kami bertemu di acara pelepasan dan penerimaan di Jogja, teman-teman SMN Babel mengatakan bahwa makanan yang wajib dicicipi di Bangka Belitung adalah lempah kuning. Yap, hal itu kami lakukan setelah pulang dari Vihara. Lempah kuning adalah ikan tenggiri yang dibumbui bumbu kuning (dengan kunyit, cabe, bawah putih, dll) tak lupa juga ditambahkan buah nanas didalamnya. Rasanya asam-asam pedas, tapi enak disantap disaat hawa sedang panas ataupun saat hujan. Hmmmm jadi pengen makan Lempah Kuning nih!
Meskipun kami tidak jadi ke tempat pengrajin kain cual karena hari sudah malam, namun tentunya senang sekali karena di hari pertama sudah mendapatkan banyak sekali pengalaman dan hal-hal baru di Pulau Bangka. Setelah itu kami pulang ke Mess PT Timah untuk bersih-bersih diri dan bersiap-siap untuk petualangan di esok hari!

Selasa, 9 Agustus 2016.
Jam 8 pagi hari kami telah sampai di PT Taspen (Persero) untuk mendengarkan penjelasan serta penyambutan dari pihak PT Taspen. Kami dijelaskan tentang apa itu PT Taspen, bagaimana sistem kerjanya, berapa jumlah karyawan, serta kami juga diajarkan lagu pendek (mungkin lebih seperti "yel-yel") PT Taspen lho! ;) Setelah itu kami foto bersama di depan gedung PT Taspen dan kembali melanjutkan perjalanan ke Sentra Pembibitan Lada di Cambai (BP3L). Disini kami dijelaskan tentang perbedaan lada putih dan lada hitam, serta sejarah di dirikannya Sentra ini sampai ke permasalahan saat ini, dan juga kami diberi kesempatan untuk bisa melihat kebun dan lada yang belum diolah secara langsung. Meskipun saat itu matahari sedang terik, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan kami untuk melihat-lihat sekeliling dan tak lupa juga untuk berfoto ria. Setelah dirasa cukup, kami pun segera menuju ke destinasi selanjutnya yaitu Workshop Tarian dan Musik Dambus di Sanggar Warisan Budaya, Pangkalpinang. Baru datang saja, kami sudah disambut oleh teman-teman sanggar dengan tarian, bersamaan dengan hujan.. Namun, kurasa hujan juga tidak ingin mengganggu kami lama-lama hehehe. Disana, kami diberi sambutan oleh Ketua Lembaga Adat Melayu, Dato Seri Pangeran Radindo Dr. Ibnu Hadjar, di sambutan tersebut beliau bercerita tentang berdiri nya lembaga ini, berdirinya kampung melayu kampak, tentang perbedaan budaya melayu dan budaya jawa, dan juga tarian-tariannya serta alat musik khas melayu. Setelah itu kami melihat pertunjukan seperti "ketoprak"nya Melayu yang dimainkan oleh teman-teman Sanggar. Di penampilan itu saya melihat mereka mengenalkan budaya orang melayu berbalas pantun dan juga sedikit melontarkan kata-kata melayu. Setelah terhibur dengan tampilan teman-teman Kampung Melayu, dihidangkanlah Makan Bedulang di depan kami, Makan Bedulang ini adalah adat makan khas Bangka-Belitung, dimana kami makan menggunakan Dulang. Dulang diisi dengan buah-buahan, kacang, singkong, gorengan, dan lain-lain. Serta minuman yang rasanya seperti buah nanas. Sambil makan-makan kami berbincang-bincang dengan teman-teman dari Kampung Melayu, tentang budaya di Jawa, perbedaan bangka belitung dengan pulau jawa, serta kami juga mengajarkan bahasa jawa kepada mereka lho! dan kami pun juga diajarkan bahasa melayu, seperti "Aok" yang artinya adalah ok, "Sikok, Due, Tige" yaitu satu, dua, tiga. 
Dulang.



Puas makan dan berbincang, saya pun mencoba alat musik Dambus, yaitu alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik, bentuknya lebih kecil dari gitar, namun sedikit lebih besar dari Ukulele. Keunikan dari alat musik ini menurut saya sendiri adalah kayu diujung senarnya yang berbentuk seperti kepala rusa, dan tidak ada frets seperti gitar (Frets adalah kolom-kolom yang menentukan nada dari senar gitar). Saat saya mencoba, ternyata cukup sulit teman-teman! Akhirnya dambus pun saya serahkan kembali ke pemain dambus yang sudah ahli, dan saya memutuskan untuk bernyanyi. Lantunan nada Dambus begitu indah saat memainkan lagu-lagu khas daerah jawa dan melayu. Saat itu saya menyanyikan beberapa lagu bersama dengan teman-teman, diantaranya ada lagu cucak rowo, padhang bulan, dan lagu-lagu dolanan lainnya. Serta kami juga menyanyikan lagu daerah Bangka-Belitung yang berjudul Zapin, disertai dengan membuat lingkaran bersama teman-teman, berputar sambil menyanyi. Seru sekali bisa berteman, bernyanyi, bercanda serta tertawa bersama teman-teman di kampung melayu! :D Oiya ngomong-ngomong kami juga diberi sertifikat karena telah mempelajari Kebudayaan Melayu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di Kampung Melayu Kampak lho!

Rabu, 10 Agustus 2016.
Hari rabu, 10 Agustus saat itu lumayan perjalanan yang cukup jauh bagi kami karena kami pergi dari Pangkalpinang menuju Muntok, Bangka Barat. Tempat pertama kali kami menapakkan kaki saat berada di Muntok adalah Museum Timah Muntok.
Di museum ini kami dijelaskan tentang proses pengolahan timah, sejarah kapal-kapal yang dipakai untuk mencari timah, sejarah PT Timah yang ada di Muntok, diperlihatkan timah yang telah dicetak/dibentuk lalu sudah diberi "merk" dan siap untuk di ekspor.
Sebelum kami menuju Wisma Ranggam, tempat Ir. Soekarno bersama tokoh nasional lainnya diasingkan, kami melewati Masjid Jami' dan Vihara, yang menjadi bukti ketentraman kehidupan beragama Islam dan Konghucu di Bangka. Saat kami tiba di Wisma Ranggam, kami dijelaskan bahwa tempat ini tidak hanya sebagai tempat pengasingan bapak presiden pertama Indonesia dulunya, tetapi juga sebagai tempat dibahasnya isi Perjanjian Roem-Royen. Kami melihat kamar bapak KH Agussalim, bapak Ir. Soekarno, yang ternyata isinya terdapat foto-foto soekarno, ada juga mesin jahit kuno, koper bapak soekarno, dan lain-lain.
Perjalanan setelah itu masih seputar kediaman bapak Ir. Soekarno, namun berpindah lokasi yaitu di Bukit Menumbing, tempat bapak Ir. Soekarno bersama bapak Moh. Hatta di asingkan oleh Belanda pada tahun 1948-1949 di Pulau Bangka. Di tempat ini terdapat mobil pak Ir. Soekarno, terdapat juga ruangan yang cukup luas seperti ruangan rapat yang terdapat bingkai lukisan besar pak Ir. Soekarno ditengahnya. Lalu disana juga terdapat kursi-kursi, meja kerja pak Ir. Soekarno serta kamar tidur. Oiya, ngomong-ngomong indah dan rindang sekali pemandangan Pulau Bangka saat dilihat dari atas atap kediaman bapak Proklamator RI ini.

Setelah melihat dan mendatangi tempat-tempat bersejarah, kamipun meluncur ke Pusat Pencucian Biji Timah yang terletak di Muntok Barat. Disini kami dijelaskan tentang sejarah timah, proses penggalian serta pengolahan timah, ciri-ciri timah yang baik untuk diekspor, serta peralatan yang diperlukan saat menggali dan mengolah timah. Selain dijelaskan beberapa hal, kami juga mendapatkan kesempatan untuk bisa berkeliling meskipun tidak semua area boleh kami lewati. Namun setidaknya, ini adalah pertama kalinya saya bisa melihat tempat pengolahan timah secara langsung.

Kamis, 11 Agustus 2016.
Tak terasa karena waktu cepat berlalu, setelah mengitari Muntok, Bangka Barat, karena sudah sore kami pun kembali ke Mess PT Timah (Pangkalpinang) untuk bersih-bersih diri, istirahat serta menyiapkan barang-barang yang perlu dibawa untuk 2 hari selanjutnya diiiiiii pulau BELITUNG!
Namun karena schedule flight kami sekitar jam 11 siang, kami pergi ke museum Timah dan kerajinan Pewter yang ada di pangkalpinang, untuk melihat-lihat timah. Disana, beberapa dari kami ada yang membeli souvenir untuk keluarga di Jogja yang terbuat/berbahan Timah. Souvenir yang terdapat disana bermacam-macam, ada ring untuk cincin, gantungan kunci, miniatur-miniatur, piala, dan masih banyak lagi.
Naik pesawat dari pulau Bangka ke pulau Belitung kira-kira memakan waktu setengah sampai satu jam.. sehingga kami bisa menghabisi waktu sambil membaca buku, tidur, mendengarkan musik, ngobrol dengan teman sebelah, atau hanya sekedar melihat pemandangan awan. 
Mungkin karena efek duduk lama dan matahari sudah mulai semakin terik, sehingga membuat perut kami harus diisi. Kami pun dibawa di sebuah warung, di dekat Bandara H.A.S Hanandjoeddin. Warung sederhana, kecil, namun masakannyaaaaaaaaa.....endeussss! enak banget! Dengan makan bedulang, terdapat lempah kuning, aneka seafood, sayur, tempe dan tahu, juga buah nanas serta segelas teh anget membuat kesan pertama kali kami di Pulau Belitung positif. Yup! Maksutnya, positif berat badan bertambah setelah pulang ke Jogja. Hehehehe. Meskipun rasanya tetap ingin ditempat itu, tetapi perjalanan harus tetap dilanjutkan, karena banyak sekali tempat-tempat yang "wajib" dikunjungi kata orang-orang. Salah satunya yaitu Museum Kata Andrea Hirata dilanjutkan dengan Replika Sekolah Laskar Pelangi.
Museum Kata Andrea Hirata
Sengaja saya memakai seragam SMA supaya totalitas hahaha.

Hal menarik yang saya temukan di Museum Kata adalah disini semuanya di rias dengan cantik dan colourful. Sehingga pengunjungpun tidak bosan dan ingin mengabadikan seluruh sisi yang ada di tiap ruangan. Sementara di Replika Sekolah Laskar Pelangi, mungkin jika teman-teman lihat, memang sengaja saya memakai baju Seragam SMA ditempat itu. Mengapa? Supaya saat saya menginjakkan kaki untuk berfoto di kelas dan juga di depan sekolah, "aura" bahwa itu sekolah tetap terasa. Hehehe, semoga saja aura tersebut sampai ke teman-teman pembaca ya! :) Setelah dari ke dua tempat tersebut, destinasi selanjutnya tidak kalah hitz juga nih. Kami mengunjungi Kampoeng Ahok (Tempat tinggal Bapak Ahok, gubernur DKI Jakarta pada waktu masa kecilnya dulu). Hmm meskipun tidak ada pak Ahok disana, tetapi beruntungnya kami saat itu bertemu dengan Ibunda Pak Ahok langsung! 
Hari menjelang sore, kami pun pergi ke Mess PT Timah yang berada di Belitung. Kondisinya kamar mandi lebih banyak, namun sayang ternyata airnya keruh. Tetapi karena sudah larut malam, kami memutuskan untuk tetap menetap di Mess tersebut semalam dan beristirahat. Sehingga keesokan harinya kami pindah ke penginapan terdekat yang lebih layak. Hal-hal seperti ini tentu tidak mengurangi semangat kami sebagai peserta Siswa Mengenal Nusantara sebagai wakil dari Provinsi DIY, karena tujuan kami untuk pergi jauh-jauh dari Jogja bukan untuk menetap di hotel mewah, fasilitas oke, dan lain-lain. 
Melainkan untuk mengenal budaya dan segala hal-hal baru yang ada di Bangka Belitung, dan mengenalkan budaya yang ada di Jogja ke Bangka Belitung.. Malah justru hal-hal kecil seperti itu yang mempererat kita dan mengompakkan kita, seperti keluarga rasanya. :)

Jum'at, 12 Agustus 2016.
Petualangan dilanjutkan, pagi hari pukul 7 kami menuju Pulau Lengkuas yang ada di Belitung, kata orang-orang sih belum "afdol" rasanya kalau sudah ke pulau Belitung namun belum ke Pulau Lengkuas. Di Pulau lengkuas kami akan menemui mercusuar dengan 18 lantai mercusuar di dalamnya..cukup melelahkan sampai akhirnya tiba juga di lantai paling atas mercusuar. Pemandangannya indah sekali! Perpaduan antara ombak, lautan, bebatuan, pasir pantai, hewan-hewan, pohon, awan, dan lain-lain. Suasananya yang sejuk, sungguh bikin betah! Jadi gak pengen turun lagi deh rasanya, hahaha.

One fine day. (At Lengkuas Island)
  
The view after thousands of stairs is truly worth it! Masyaallah.

Hal baru yang saya temui juga di pantai itu adalah, ketika saya berada di Pulau Pasir (dekat dengan Pulau Lengkuas), disana saya bisa bertemu, dan memegang bintang laut! I mean the real "starfish". When I was child, I watched starfish in the TV and I tought that I will touch it someday and that's really happened after (maybe more than 10) years! Kenapa seneng banget? karena setiap saya datang dan bermain di pantai-pantai daerah Jogja jarang banget bisa menemukan bintang laut seperti ini nih!
The lovely starfish that i was dreaming of.
Setelah ke pulau-pulau kecil nan cantik, kami pun dibawa ke tengah pantai untuk Snorkeling! Ini hal pertama kali dalam hidup saya juga, kesempatan "menjadi ikan", melihat Ikan-Ikan dan memberi makan ikan secara langsung di tengah laut. 



Yuhuuuuuuuuu, cerita hari itu belum selesai sampai disitu. Tentunya setelah kami bersih-bersih diri, kami masih melanjutkan perjalanan yang masih dalam destinasi pantai. Pantai yang kami kunjungi adalah Pantai Tanjung Tinggi, tempat lokasi syuting laskar pelangi. Dilanjutkan dengan Pantai Jimbaran Belitung.

How to make things stay forever? Take a picture.
Who's the aesthetic one in the picture!?:)) (At Tanjung Tinggi Beach)

Sabtu, 13 Agustus 2016.
Istirahat cukup panjang karena seharian beraktivitas di pantai. Hari Sabtu, kami pergi ke Museum Kabupaten sebelum menuju Bandara H.A.S Hanandjoeddin untuk kembali ke Pulau Bangka. Di Museum Kabupaten terdapat hewan-hewan yang telah diawetkan, seperti kura-kura, ikan, buaya, dan lain-lain. Terdapat juga benda-benda bersejarah serta warisan-warisan budaya di dalamnya. Setelah itu kami juga ke danau kaolin, di Belitung.
Hari telah siang menjelang sore dan sampailah kami di Pulau Bangka, Pangkalpinang. Dan menuju hotel untuk menyusun bahan presentasi, yang akan di presentasikan esok harinya. Setelah presentasi selesai "digarap", karena kami merasa bosan setelah seharian di Hotel, sehingga kami memutuskan untuk pergi jalan-jalan keluar hotel, kebetulan hotel kami ini dekat sekali dengan alun-alun. Sehingga kami bisa kesana dengan hanya jalan kaki saja. Suasana alun-alun di Pangkalpinang saat itu cenderung ramai, ternyata ada band nasional; Zigaz sedang tampil dan meramaikan lingkungan alun-alun. Sembari mendengarkan lagu "Sahabat Jadi Cinta" dari Zigaz, kami mengicip-icip jajanan yang ada di Alun-alun, seperti pempek, sate padang, kacang-kacangan, tekwan, dan lain-lain.

Minggu, 14 Agustus 2016.
Lebih pagi dari biasanya, kami jam 6 pagi harus bersiap-siap untuk Jalan Sehat (event yang diadakan oleh BUMN di Bangka, dalam rangka 71 tahun Indonesia Kerja Nyata) sepanjang kurang lebih 5 kilometer. Startnya berada di Alun-Alun begitu juga finishnya. Di alun-alun, kami berjumpa beberapa siswa dari SMAN 1 Pemali dan juga teman-teman dari Kampung Melayu. Lalu acara dilanjutkan dengan kembali ke Hotel dan persiapan untuk presentasi tiap kelompok di PT Taspen. 
Malam harinya, kami diundang di acara Pelepasan Peserta SMN DIY, dan juga Penerimaan kembali peserta SMN Bangka Belitung di Rumah Dinas Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang letaknya kebetulan hanya berada di sebelah hotel. Malam itu menjadi malam yang menyenangkan sekaligus yang mengharukan bagi diri saya sendiri. Acaranya sederhana, namun memiliki makna. Makna kebersamaan saya dengan teman-teman dari peserta Siswa Mengenal Pelajar DIY maupun Bangka Belitung, teman-teman SMAN 1 Pamali, teman-teman sanggar kampung melayu, dengan bapak ibu guru pendamping, dan banyak hal yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu disini. Malam tersebut juga menjadi malam yang berarti bagi kami, kami bersyukur, kami masih bisa dipertemukan dan bisa berkumpul bersama-sama lagi. Di malam pelepasan pun kami mendengarkan bapak wakil gubernur provinsi kepulauan Bangka Belitung menyanyikan lagu, dan juga kami menyanyikan lagunya Iwan Fals yang berjudul Kemesraan. Sungguh, malam itu adalah malam paling mesra ketika kami berada di Bangka Belitung.





Senin, 15 Agustus 2016.
Pagi hari, kami bersiap-siap untuk menuju Bandara. Saat perjalanan, kamipun diajak untuk melewati makam-makam tionghoa. Dan sampailah di Bandara, pertama kali nya melihat wajah-wajah dilemma teman-teman. Antara ingin tetap disini sementara waktu harus memaksa kami untuk pulang ke Jogja. Rasa syukur atas segala kesempatan dan pengalaman yang diberikan kepada kami, membuat air mata perlahan-lahan menetes saat pesawat diterbangkan. Namun hal ini membuat kami termotivasi, untuk jangan cepat puas, dan selalu berbuat yang terbaik, demi diri sendiri, dan juga orang lain.

Itulah sekelumid cerita petualanganku di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Doakan semoga aku bisa menceritakan pengalaman dan petualanganku di seluruh penjuru Indonesia ya! :)

No comments:

Post a Comment